Minggu, 22 Maret 2015

PENGERTIAN #ILMU BUDAYA DASAR - Tugas Softskill - Tugas 1 - Universitas Gunadarma



BUDAYA DASAR

1.     Pengertian Budaya Dasar
Budaya dasar adalah ilmu dasar yang mempelajari bagaimana mengenal tentang budaya-budaya khususnya budaya yang ada di Indonesia,dan mengenal karateristik manusia di Indonesia serta berbagai macam kebudayaan yang ada di Indonesia dan serta memahami bagaimana dasar-dasar budaya disetiap kebudayaan yang ada diwilayah-wilayah daerah di Negara Indonesia.
Ilmu Budaya Dasar menjelaskan bagaimana cara kita untuk menghadapi perbedaan budaya yang ada di Indonesia dan bagaimana cara kita memberi respon yang baik dan menghargai setiap perbedaan budaya di Indonesia.

2.     Ruang Lingkup Budaya Dasar
Ruang Lingkup Budaya Dasar mencangkup sebagai berikut :
a.  Berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya mcrupakan ungkapan masalah kemanusiaan dan budaya yang dapal didekati dengan menggunakan pe­ngetahuan budaya (The Humanities), baik dari segi masing-masing keah­lian (disiplin) di dalam pengetahuan budaya, maupun sccara gabungan (anlar bidang) bcrbagai disiplin dalam pengetahuan budaya.
b. Hakekat manusia yang satu atau universal, akan tetapi yang beraneka ragam perwujudannya dalam kebudayaan masing-masing zaman.
      3.   Budaya-Budaya yang Ada di Indonesia
            Konsepsi Budaya Dasar Dalam Berbagai Bidang  Kesusasteraan :
1. Hakekat Puisi
Dipandang dari segi bangunan bentuknya pada umumnya puisi dianggap sebagai pemakaian atau penggunaan bahasa yang intensif; oleh karena itu minimnya jumlah kosa kata yang digunakan dan padatnya struktur yang dimanipulasikan,namun justru karena itu berpengaruh kita dalam menggerakkan emosi pembaca karena gaya penuturan dan daya lukisnya. Bahasa puisi dikatakan lebih padat lebih indah, lebih cemerlang dan hidup (compressed, picturesque, vivid) daripada bahasa prosa atau percakapan sehari-hari.
2. Penyajian Puisi dalam Pendidikan dan pengajaran di semua tingkatan
Berdasarkan sejumlah pandangan yang terpilih dari para ahli dan kritikus sastra dapatlah dikatakan bahwa puisi bersifat koekstensif dengan “hidup” (W.J.G. race, 1965:5) yang berarti bcrdiri berdampingan dalam kedudukan yang sama dengan “hidup” sebagai pencerminan dan krilik atau interpretasi terhadap “hidup”.
Dalam pemikiran aslinya Dr. Smuel Johnson menyebutkan “general nature” sebagai obyek “percerminan”. Dalam hal ini puisi itu sendiri bukanlah sebuah cermin, dalam pengertian ia tidak semata-mata mereproduksi suatu bayangan alam (dan kehidupan), tetapi ia membuat alam itu direfleksikan di dalam bentuknya yang banyak berisi arti (Northrop Frye, 1957: 84).
3. PROSA FIKSI  
Istilah prosa fiksi banyak padanannya. Kadang-kadang di sebut : narrative fiction, fictional narrative, prose fiction atau hanya fiction saja. Kata Latin fictionem dari kata fingere artinya menggambarkan atau menunjukkan. Dalam bahasa Indonesia istilah ta­di sering diterjemahkan menjadi cerita rekaan dan didefinisikan sebagai “Bentuk cerita atau prosa kisahan yang mempunyai peme-ran, lakuan, peristiwa, dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi” (Saad & Moeliono). Istilah cerita rekaan umumnya dipakai untuk roman, atau novel, atau cerita pendek.
Konsepsi Budaya Dasar Dalam Seni Rupa
1. HAKEKAT SENI RUPA.
Keutuhan manusia sebagai pribadi dapat dimungkinkan melalui pemahaman, penghayatan dan meresapkan nilai-nilai yang terkandung dalam suatu karya seni rupa sebagai salah satu bagian dari kebudayaan. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang dianugerahi pikiran, perasaan dan kemauan secara naluriah memerlukan pranata budaya untuk menyatakan rasa seninya, baik secara aktif dalam kegiatan kreatif, maupun secara pasif dalam kegiatan apresiatif.
Dalam kegiatan apresiatif, yaitu mengadakan pendekatan ter­hadap seni rupa seolah-olah kita memasuki suatu alam rasa yang kasat mata. Seni rupa sebagai karya seni yang nampak rupa seolah-olah hanya dapat dihayati dengan indra mata. Maka itu kadang-kadang seni rupa itu disamakan dengan seni visual, yakni seni yang aktifitasnya erat sangkut pautnya dengan visi indrawi (mata) Tetapi sebenarnya seni rupa itu lebih dari yang hanya bersifat lahiriah semata, yakni lebih dalam lagi dan meliputi pula visi bathiniah.
Seni rupa sebagai karya yang kasat mata, perwujudannya itu adalah merupakan wadah pembabaran idea yang bersifat bathiniah Dalam mengadakan pendekatan terhadap seni rupa seluruh pancaindra kita, khususnya penglihatan, perabaan dan perimbangan kita terlibat dengan asyiknya terhadap bentuk seni rupa itu yang terdiri dari aneka warna, garis, bidang, tekstur dan sebagainya yang bersifat lahiriah itu untuk seterusnya menguak alam kesadaran jiwa kita untuk lebih jauh menghayati isi yang terbabar dalam karya seni rupa itu serta idea yang melatar belakangi kehadirannya.
Memang, pada dasarnya manusia bersifat sukar memahami manusia lainnya, termasuk bersifat sukar menerima karya seni bentuk-bentuk asing. Pemahaman terhadap karya seni bentuk-bentuk asing seperti karya seni rupa prmitif atau karya seni rupa kuno, bahkan juga terhadap karya seni rupa modern tidaklah mudah, Satu syarat yang masih dituntut oleh seni modern yang bahkan merupakan ciri khasnya, ialah kreativitas. Dari sebuah perkataan ini tercantumlah beberapa sifat yang merupakan gejala-gejalanya. Oleh karena itu untuk menghindarkan istilah modern yang bermuka banyak itu tadi, ada yang menamai seni modern itu dengan “seni kreatif”. Contoh, karya-karya seni rupa modern adalah karya-karya seniman :
a.Paul Cezane,
b.Paul Gauguin,
c.Vincent van Gogh,
d.Pablo Picasso,
e.Naum Gabo,
f.Antoine Pevsner,
g. Ozcenfant,
h.Marinelti,
i.Mari Utrillo,
j.Max Chagal,
k.Henry Moor,
l.Kandinsky dan sebagainya.
Di Indonesia kita mengenal seniman pelukis dan pemahat modern antara lain:
a.      Affandi,
b.      Popo Iskandar,
c.       Zaini,
d.      G. Sidharta,
e.      Klul,
f.        Cokot,
g.      Ida Bagus Nyana dan sedcretan scniman muda lainnya
Karya-karya mereka (sebagian) dipajang di becrapa lempat scperti :Balai Scni Rupa Pusat di Jakarta, Museum Affcndi di Yogyakarta, Museum bali di Dcnpasar, Museum Ralna Warta di Ubud (Bali), Pusat Kcsenian Bali di Dcnpasar, Museum Sctcja Neka di Ubud (Bali) dan di bebcrapa tempat kolcktor lainnya.
2. BEBERAPA GAYA, CORAK, ATAU ISME SENI RUPA.
Di muka telah di singgung, bahwa kclahiran karya-karya seni rupa yang berbeda-beda pada liap-liap jaman dikarcnakan masing-masing jaman itu mcmiliki aliran-aliran pikiran yang berbeda-beda. Masing-masing jaman mclahirkan karya-karya scni rupa dengan ciri-cirinya masing-masing. Ada kalanya pada satu jaman lahir aliran-aliran pikiran yang berbeda-beda, schingga melahirkan pula corak karya seni rupa yang berbeda.
Kesenian Primitif
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa mutu suatu ciptaan terutama pada sifatnya yang khas, yang tak ada pada ciptaan lain untuk mencari karya yang khas, unik dan tidak ada duanya itu, maka orang menoleh ke masa seni primitif.
Kesenian primitif kesederhanaannya menimbulkan kesan yang mengagumkan. Kesenian primitif tidak di buat atas dasar sadar artistik tctapi dibuat atas dasar sadar magis. Benda yang dibuat tidak ditujukan sama sekali untuk benda seni yang menarik (artistik), tapi sebagai benda sakti. Contoh : patung-patung suku Asmat dari Irian sungguh menarik pesona seni orang-orang modern, meskipun karya-karya itu tidak memiliki keindahan menurut pesona seni klasik.
Di In­donesia kesenian dan kesusastraan Hindhu dianggap klasik. Kadang-kadang kesusastraan melayu juga di scbut klasik. Ciri-ciri seni klasik adalah tenang, harmonis, symetris atau seimbang. Contoh: wayang kulit, patung dari jaman Hindhu dan sebagainya.
Neo-klasik adalah aliran yang berorientasi pada kcbcnaran dan kcindahan Recoco yang berkembang di Perancis pada pertcngahan abad ke 18 (*).
Contoh karya neo-klasik adalah karya-karya Jacques Louis David yang menunjukkan adanya kemahiran dalam anatomi dan kctclitian dalam membuat lipatan-lipatan kain serta penyusunan figur-figur secara scimbang.
Perbedaannya dengan corak Barok nampak jelas. Gaya Barok litik berat di scgala jurusan, tidak ada kescimbangan synctris. Warna dan sinar kontras dan scrba bcrgcrak. Ukuran tafril scrba besar. Sedangkan seni klasik, titik bcrat pada tengah-tengah lukisan, scimbang dan symetris. Karya korcvoor dan Hcsscling adalah salah satu contoh gaya Barok yang mempcrlihatkan bcrmacam-macam efck yang bcrgerak dengan kontras yang kuat sckali.

4.     Tujuan Mempelajari Ilmu Budaya Dasar
Tujuan mempelajari ilmu budaya dasar adalah sebagai berikut :
a.      Lebih peka dan terbuka terhadap masalah kemanusiaan dan budaya, scrta lebih bertanggung jawab terhadap masalah-masalah tersebut.
b.      Mengusahakan kepekaan terhadap nilai-nilai lain untuk lebih mudah menyesuaikan diri.
c.       Menyadarkan mahasiswa terhadap nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, hormat menghormati serta simpati pada nilai-nilai yang hidup pada masyarakat.
d.      Mengembangkan daya kritis tcrhadap pcrsoalan kemanusiaan dan kebudayaan.
e.      Memiliki latarbelakang pengetahuan yang cukup luas tentang kebudayaan Indonesia.
f.        Menimbulkan minat untuk mendalaminya.
g.      Mcndukung dan mcngcmbangkan kebudayaan sendiri dengan kreatif.
h.      Tidak terjerumus kepada sifat kedaarahan dan pengkotakan disiplin ilmu.
i.        Menambahkan kemampuan mahasiswa untuk mcnanggapi masalah nilai-nilai budaya dalam masyarakat Indonesia dan dunia tanpa terpikat oleh disiplin mereka.
j.        Mempunyai kesamaan bahan pembicaraan, tempat berpijak mengenai masalah kemanusiaan dan kebudayaan.
k.       Terjalin interaksi antara cendekiawan yang berbeda keahlian agar lebih positif dan komunikatif.
l.        Menjembatani para sarjana yang berbeda keahliannya dalam bertugas menghadapi masalah kemanusiaan dan budaya.
m.    Memperlancar pelaksanaan pembangunan dalam berbagai bidang yang ditangani oleh berbagai cendekiawan.
n.      Agar mampu memenuhi tuntutan masyarakat yang sedang membangun.
o.      Agar mampu memenuhi tuntutan dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya dharma pendidikan.



Tugas #ilmu Budaya Dasar
Nama : Jamaludin
NPM : 25414589
Kelas : 1IC10