BUDAYA DASAR
1.
Pengertian Budaya Dasar
Budaya dasar adalah ilmu dasar yang
mempelajari bagaimana mengenal tentang budaya-budaya khususnya budaya yang ada
di Indonesia,dan mengenal karateristik manusia di Indonesia serta berbagai macam
kebudayaan yang ada di Indonesia dan serta memahami bagaimana dasar-dasar
budaya disetiap kebudayaan yang ada diwilayah-wilayah daerah di Negara Indonesia.
Ilmu Budaya Dasar menjelaskan
bagaimana cara kita untuk menghadapi perbedaan budaya yang ada di Indonesia dan
bagaimana cara kita memberi respon yang baik dan menghargai setiap perbedaan
budaya di Indonesia.
2.
Ruang Lingkup Budaya Dasar
Ruang Lingkup Budaya Dasar mencangkup
sebagai berikut :
a. Berbagai aspek
kehidupan yang seluruhnya mcrupakan ungkapan masalah kemanusiaan dan budaya
yang dapal didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya (The Humanities),
baik dari segi masing-masing keahlian (disiplin) di dalam pengetahuan budaya,
maupun sccara gabungan (anlar bidang) bcrbagai disiplin dalam pengetahuan
budaya.
b.
Hakekat manusia yang satu atau universal, akan tetapi yang beraneka ragam
perwujudannya dalam kebudayaan masing-masing zaman.
3.
Budaya-Budaya yang Ada di Indonesia
Konsepsi Budaya Dasar Dalam Berbagai Bidang
Kesusasteraan :
1. Hakekat Puisi
Dipandang dari segi bangunan bentuknya pada umumnya puisi
dianggap sebagai pemakaian atau penggunaan bahasa yang intensif; oleh karena
itu minimnya jumlah kosa kata yang digunakan dan padatnya struktur yang
dimanipulasikan,namun justru karena itu berpengaruh kita dalam menggerakkan
emosi pembaca karena gaya penuturan dan daya lukisnya. Bahasa puisi dikatakan
lebih padat lebih indah, lebih cemerlang dan hidup (compressed, picturesque,
vivid) daripada bahasa prosa atau percakapan sehari-hari.
2. Penyajian Puisi dalam Pendidikan dan pengajaran di semua
tingkatan
Berdasarkan sejumlah pandangan yang terpilih dari para ahli
dan kritikus sastra dapatlah dikatakan bahwa puisi bersifat koekstensif dengan
“hidup” (W.J.G. race, 1965:5) yang berarti bcrdiri berdampingan dalam kedudukan
yang sama dengan “hidup” sebagai pencerminan dan krilik atau interpretasi
terhadap “hidup”.
Dalam pemikiran aslinya Dr. Smuel Johnson menyebutkan
“general nature” sebagai obyek “percerminan”. Dalam hal ini puisi itu sendiri
bukanlah sebuah cermin, dalam pengertian ia tidak semata-mata mereproduksi
suatu bayangan alam (dan kehidupan), tetapi ia membuat alam itu direfleksikan
di dalam bentuknya yang banyak berisi arti (Northrop Frye, 1957: 84).
3. PROSA FIKSI
Istilah prosa fiksi banyak padanannya. Kadang-kadang di
sebut : narrative fiction, fictional narrative, prose fiction atau hanya
fiction saja. Kata Latin fictionem dari kata fingere artinya menggambarkan atau
menunjukkan. Dalam bahasa Indonesia istilah tadi sering diterjemahkan menjadi
cerita rekaan dan didefinisikan sebagai “Bentuk cerita atau prosa kisahan yang
mempunyai peme-ran, lakuan, peristiwa, dan alur yang dihasilkan oleh daya
khayal atau imajinasi” (Saad & Moeliono). Istilah cerita rekaan umumnya
dipakai untuk roman, atau novel, atau cerita pendek.
Konsepsi
Budaya Dasar Dalam Seni Rupa
1. HAKEKAT SENI RUPA.
Keutuhan manusia sebagai pribadi dapat dimungkinkan melalui
pemahaman, penghayatan dan meresapkan nilai-nilai yang terkandung dalam suatu
karya seni rupa sebagai salah satu bagian dari kebudayaan. Manusia sebagai
makhluk ciptaan Tuhan yang dianugerahi pikiran, perasaan dan kemauan secara
naluriah memerlukan pranata budaya untuk menyatakan rasa seninya, baik secara
aktif dalam kegiatan kreatif, maupun secara pasif dalam kegiatan apresiatif.
Dalam kegiatan apresiatif, yaitu mengadakan pendekatan terhadap
seni rupa seolah-olah kita memasuki suatu alam rasa yang kasat mata. Seni rupa
sebagai karya seni yang nampak rupa seolah-olah hanya dapat dihayati dengan
indra mata. Maka itu kadang-kadang seni rupa itu disamakan dengan seni visual,
yakni seni yang aktifitasnya erat sangkut pautnya dengan visi indrawi (mata)
Tetapi sebenarnya seni rupa itu lebih dari yang hanya bersifat lahiriah semata,
yakni lebih dalam lagi dan meliputi pula visi bathiniah.
Seni rupa sebagai karya yang kasat mata, perwujudannya itu
adalah merupakan wadah pembabaran idea yang bersifat bathiniah Dalam mengadakan
pendekatan terhadap seni rupa seluruh pancaindra kita, khususnya penglihatan,
perabaan dan perimbangan kita terlibat dengan asyiknya terhadap bentuk seni
rupa itu yang terdiri dari aneka warna, garis, bidang, tekstur dan sebagainya
yang bersifat lahiriah itu untuk seterusnya menguak alam kesadaran jiwa kita
untuk lebih jauh menghayati isi yang terbabar dalam karya seni rupa itu serta
idea yang melatar belakangi kehadirannya.
Memang, pada dasarnya manusia bersifat sukar memahami
manusia lainnya, termasuk bersifat sukar menerima karya seni bentuk-bentuk
asing. Pemahaman terhadap karya seni bentuk-bentuk asing seperti karya seni
rupa prmitif atau karya seni rupa kuno, bahkan juga terhadap karya seni rupa
modern tidaklah mudah, Satu syarat yang masih dituntut oleh seni modern yang
bahkan merupakan ciri khasnya, ialah kreativitas. Dari sebuah perkataan ini
tercantumlah beberapa sifat yang merupakan gejala-gejalanya. Oleh karena itu
untuk menghindarkan istilah modern yang bermuka banyak itu tadi, ada yang
menamai seni modern itu dengan “seni kreatif”. Contoh, karya-karya seni rupa
modern adalah karya-karya seniman :
a.Paul Cezane,
b.Paul Gauguin,
c.Vincent van Gogh,
d.Pablo Picasso,
e.Naum Gabo,
f.Antoine Pevsner,
g. Ozcenfant,
h.Marinelti,
i.Mari Utrillo,
j.Max Chagal,
k.Henry Moor,
l.Kandinsky dan sebagainya.
Di
Indonesia kita mengenal seniman pelukis dan pemahat modern antara lain:
a.
Affandi,
b.
Popo Iskandar,
c.
Zaini,
d.
G. Sidharta,
e.
Klul,
f.
Cokot,
g.
Ida Bagus Nyana dan
sedcretan scniman muda lainnya
Karya-karya mereka (sebagian) dipajang di becrapa lempat
scperti :Balai Scni Rupa Pusat di Jakarta, Museum Affcndi di Yogyakarta, Museum
bali di Dcnpasar, Museum Ralna Warta di Ubud (Bali), Pusat Kcsenian Bali di
Dcnpasar, Museum Sctcja Neka di Ubud (Bali) dan di bebcrapa tempat kolcktor
lainnya.
2. BEBERAPA GAYA, CORAK, ATAU ISME SENI RUPA.
Di muka telah di singgung, bahwa kclahiran karya-karya seni
rupa yang berbeda-beda pada liap-liap jaman dikarcnakan masing-masing jaman itu
mcmiliki aliran-aliran pikiran yang berbeda-beda. Masing-masing jaman
mclahirkan karya-karya scni rupa dengan ciri-cirinya masing-masing. Ada kalanya
pada satu jaman lahir aliran-aliran pikiran yang berbeda-beda, schingga
melahirkan pula corak karya seni rupa yang berbeda.
Kesenian Primitif
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa mutu suatu ciptaan
terutama pada sifatnya yang khas, yang tak ada pada ciptaan lain untuk mencari
karya yang khas, unik dan tidak ada duanya itu, maka orang menoleh ke masa seni
primitif.
Kesenian primitif kesederhanaannya menimbulkan kesan yang
mengagumkan. Kesenian primitif tidak di buat atas dasar sadar artistik tctapi
dibuat atas dasar sadar magis. Benda yang dibuat tidak ditujukan sama sekali
untuk benda seni yang menarik (artistik), tapi sebagai benda sakti. Contoh :
patung-patung suku Asmat dari Irian sungguh menarik pesona seni orang-orang modern,
meskipun karya-karya itu tidak memiliki keindahan menurut pesona seni klasik.
Di Indonesia kesenian dan kesusastraan Hindhu dianggap
klasik. Kadang-kadang kesusastraan melayu juga di scbut klasik. Ciri-ciri seni
klasik adalah tenang, harmonis, symetris atau seimbang. Contoh: wayang kulit,
patung dari jaman Hindhu dan sebagainya.
Neo-klasik adalah aliran yang berorientasi pada kcbcnaran
dan kcindahan Recoco yang berkembang di Perancis pada pertcngahan abad ke 18
(*).
Contoh karya neo-klasik adalah karya-karya Jacques Louis
David yang menunjukkan adanya kemahiran dalam anatomi dan kctclitian dalam
membuat lipatan-lipatan kain serta penyusunan figur-figur secara scimbang.
Perbedaannya dengan corak Barok nampak jelas. Gaya Barok
litik berat di scgala jurusan, tidak ada kescimbangan synctris. Warna dan sinar
kontras dan scrba bcrgcrak. Ukuran tafril scrba besar. Sedangkan seni klasik,
titik bcrat pada tengah-tengah lukisan, scimbang dan symetris. Karya korcvoor
dan Hcsscling adalah salah satu contoh gaya Barok yang mempcrlihatkan
bcrmacam-macam efck yang bcrgerak dengan kontras yang kuat sckali.
4.
Tujuan Mempelajari Ilmu Budaya Dasar
Tujuan mempelajari ilmu budaya dasar adalah sebagai berikut
:
a.
Lebih peka dan
terbuka terhadap masalah kemanusiaan dan budaya, scrta lebih bertanggung jawab
terhadap masalah-masalah tersebut.
b.
Mengusahakan kepekaan
terhadap nilai-nilai lain untuk lebih mudah menyesuaikan diri.
c.
Menyadarkan mahasiswa
terhadap nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, hormat menghormati serta
simpati pada nilai-nilai yang hidup pada masyarakat.
d.
Mengembangkan daya
kritis tcrhadap pcrsoalan kemanusiaan dan kebudayaan.
e.
Memiliki
latarbelakang pengetahuan yang cukup luas tentang kebudayaan Indonesia.
f.
Menimbulkan minat
untuk mendalaminya.
g.
Mcndukung dan
mcngcmbangkan kebudayaan sendiri dengan kreatif.
h.
Tidak terjerumus
kepada sifat kedaarahan dan pengkotakan disiplin ilmu.
i.
Menambahkan kemampuan
mahasiswa untuk mcnanggapi masalah nilai-nilai budaya dalam masyarakat
Indonesia dan dunia tanpa terpikat oleh disiplin mereka.
j.
Mempunyai kesamaan
bahan pembicaraan, tempat berpijak mengenai masalah kemanusiaan dan kebudayaan.
k.
Terjalin interaksi
antara cendekiawan yang berbeda keahlian agar lebih positif dan komunikatif.
l.
Menjembatani para
sarjana yang berbeda keahliannya dalam bertugas menghadapi masalah kemanusiaan
dan budaya.
m.
Memperlancar
pelaksanaan pembangunan dalam berbagai bidang yang ditangani oleh berbagai
cendekiawan.
n.
Agar mampu memenuhi
tuntutan masyarakat yang sedang membangun.
o.
Agar mampu memenuhi
tuntutan dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya dharma pendidikan.
Tugas #ilmu
Budaya Dasar
Nama :
Jamaludin
NPM :
25414589